JAKARTA, LIPUTANBERITA7.COM. Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menhan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Jalur Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk menduduki Jalur Gaza sepenuhnya dan memperluas operasi militer di wilayah tersebut, menurut laporan media lokal pada Senin (4/8/2025) malam.
“Keputusan sudah di tangan, kami akan melakukan pendudukan penuh di Jalur Gaza. Akan ada operasi bahkan di wilayah-wilayah tempat para sandera ditawan. Jika Kepala Staf IDF tidak setuju, dia harus mengundurkan diri,” kata seorang pejabat senior yang dekat dengan Netanyahu, dikutip dari Yedioth Ahronoth, Rabu (6/8/2025).
Langkah ini menandai perubahan besar strategi militer Israel di Gaza, yang kini menargetkan daerah padat penduduk termasuk kamp pengungsi pusat, menurut Saluran 12 Israel.
Yedioth Ahronoth juga mengeklaim bahwa Presiden AS Donald Trump memberi Netanyahu “lampu hijau” untuk melanjutkan serangan militer yang diperluas.
Seorang pejabat senior Israel menyebut, “Kami sedang menuju pendudukan penuh di Jalur Gaza,” termasuk operasi di wilayah-wilayah yang diyakini menjadi lokasi sandera Hamas.
Sementara itu, Saluran 13 Israel melaporkan Kepala Staf Umum Eyal Zamir membatalkan kunjungan ke Washington akibat gagalnya perundingan gencatan senjata dan meningkatnya tekanan untuk operasi militer lanjutan.
Laporan KAN menyebut Israel menolak kesepakatan pembebasan sebagian sandera yang hampir tercapai, menuduh pemerintahan Netanyahu sengaja meninggalkan peluang perdamaian.
Seorang pejabat keamanan anonim mengakui, “Kesenjangannya bisa dijembatani, tetapi Israel menyia-nyiakan kesempatan itu.”
Netanyahu disebut memperpanjang perang untuk kepentingan politik pribadi, meski tekanan internasional untuk gencatan senjata terus meningkat.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan brutal Israel di Gaza telah menewaskan hampir 61.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Infrastruktur Gaza hancur, dan wilayah itu hampir mengalami kelaparan massal.