JAKARTA – LIPUTAN BERITA7. Pusat Data Nasional Sementara mengalami gangguan sejak Kamis (20/6) karena terkena Brain Chiper Ransomware.
Dilansir dari Katadata.co.id, Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya menyampaikan, apapun jenisnya, ransomware akan menghilangkan jejak begitu masuk ke suatu sistem. Sekalipun sudah diketahui dalangnya, mereka bisa mengubah minor dengan teknik kompilasi maupun mengganti sedikit script, sehingga menjadi ransomware baru.
“Jadi tidak ada yang luar biasa dengan ransomware baru apapun namanya. Yang luar biasa parah itu, data center sekelas Pusat Data Nasional yang mengelola ribuan virtual machine bisa sampai terkena ransomware,” kata Alfons (24/6).
Selain itu, menurut dia akan sangat menyedihkan jika hacker mencuri data di Pusat Data Nasional Sementara. “Data berhasil diambil itu mengindikasikan ransomware berhasil bercokol di sistem untuk jangka waktu yang lama. Berhari-hari sehingga sempat menyalin data server,” ujar dia.
Menurut sejumlah sumber dari laman Cyberint dan Flare Cyber, Brain Chiper Ransomware berbahaya karena menggunakan teknik enkripsi canggih. Selain itu, hacker memakai taktik pemerasan ganda.
Selain mengenkripsi data, hacker mencuri informasi sensitif dan mengancam untuk mempublikasikannya jika tebusan tidak dibayar.
Dalam kasus Pusat Data Nasional Sementara yang mengalami gangguan sejak Kamis (20/6), hacker meminta tebusan US$ 8 juta atau Rp 131 miliar (Kurs Rp 16.457 per US$).
Insiden akibat Brain Chiper ransomware juga seringkali mengakibatkan kerusakan signifikan, termasuk gangguan operasional besar-besaran dan kebocoran data sensitif seperti serangan ke Crinetics Pharmaceuticals dan Virginia Union University.