JAKARTA, LIPUTANBERITA7.COM. Pengepungan militer Israel memicu krisis kemanusiaan yang semakin parah. WHO melaporkan empat fasilitas kesehatan di Kota Gaza telah ditutup bulan ini. PBB juga menyebut beberapa pusat penanganan malnutrisi berhenti beroperasi.
Menurut Program Pangan Dunia, sekitar 350.000–400.000 warga Palestina telah meninggalkan Kota Gaza sejak bulan lalu. Namun, ratusan ribu lainnya tetap tinggal. Israel memperkirakan jumlah penduduk Gaza mencapai sekitar satu juta orang pada Agustus lalu.
Sejak awal konflik hampir dua tahun lalu, pasukan Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina, menggusur jutaan orang, dan melumpuhkan sistem kesehatan di wilayah tersebut, menurut data otoritas kesehatan Gaza.
Tank-tank Israel bergerak lebih jauh ke dalam distrik permukiman Kota Gaza pada Minggu (28/9/2025), menimbulkan kekhawatiran besar atas nasib warga sipil yang terjebak. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan mereka kewalahan menghadapi puluhan panggilan darurat yang tidak dapat ditangani.
Saksi mata dan petugas medis mengatakan pasukan Israel memperluas operasi militer ke wilayah Sabra, Tel Al-Hawa, Sheikh Radwan, dan Al-Naser. Serangan ini mendekati jantung serta bagian barat Kota Gaza, tempat ratusan ribu warga Palestina masih bertahan meski sebagian besar sudah mengungsi.
Militer Israel memulai serangan darat besar-besaran pada 16 September setelah berminggu-minggu menggempur pusat Kota Gaza. Serangan ini memaksa banyak warga meninggalkan rumah mereka, sementara ribuan lainnya tetap tinggal dengan risiko tinggi.
Layanan Darurat Sipil Gaza melaporkan bahwa Israel menolak 73 permintaan evakuasi medis melalui organisasi internasional. Militer Israel mengklaim berhasil menewaskan lima militan yang menembakkan rudal anti-tank.
Dalam 24 jam terakhir, angkatan udara Israel menyerang 140 target di seluruh Gaza. Setidaknya lima orang tewas dalam serangan di Al-Naser, sementara serangan udara di Gaza tengah menewaskan 16 orang. Total korban jiwa pada Minggu mencapai sedikitnya 21 orang.