Scroll untuk baca artikel
Example 728x250 Example 728x250
HeadlineJakarta

Peci: Dari Warisan Budaya Nusantara Menjadi Simbol Nasional Indonesia

122
×

Peci: Dari Warisan Budaya Nusantara Menjadi Simbol Nasional Indonesia

Sebarkan artikel ini

JAKARTA – LIPUTAN BERITA7 Peci — atau dikenal juga dengan sebutan songkok dan kopiah — selama ini sering diidentikkan dengan umat Islam. Namun, sejarah dan perkembangan budayanya justru menunjukkan bahwa peci bukan berasal dari Arab, melainkan lahir dari tradisi lokal Nusantara yang kemudian diangkat menjadi simbol keagamaan sekaligus simbol kebangsaan Indonesia.

Asal-usul Budaya Peci di Nusantara

Example 300x600

Bentuk peci seperti yang dikenal saat ini berakar dari budaya Melayu dan Nusantara. Dalam catatan sejarah, masyarakat di Semenanjung Melayu, Sumatra, Sulawesi, hingga Jawa sudah mengenakan penutup kepala sejenis sejak masa kerajaan-kerajaan lokal.
Peci digunakan sebagai tanda kesopanan, kehormatan, dan status sosial, serta menjadi bagian dari pakaian adat bangsawan dan tokoh masyarakat.

Berbeda dengan dunia Arab yang mengenal sorban (imamah) atau kufiyah, peci merupakan produk asli budaya Asia Tenggara. Penggunaannya menyebar luas di wilayah Indonesia, Malaysia, Brunei, dan sebagian Filipina Selatan.

Islam dan Penyesuaian Budaya Lokal

Ketika Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13, para ulama dan dai tidak menghapus tradisi lokal, tetapi menyesuaikannya dengan nilai-nilai Islam. Penutup kepala seperti peci kemudian dipakai dalam aktivitas keagamaan sebagai simbol kesopanan dan penghormatan kepada Tuhan.

Namun, secara teologis, Islam tidak mewajibkan bentuk penutup kepala tertentu. Yang penting adalah kesucian dan kesopanan dalam beribadah. Dengan demikian, peci menjadi simbol kultural Islam Nusantara, hasil perpaduan antara budaya lokal dan ajaran Islam.

Dari Peci Hitam ke Identitas Nasional

Peran Ir. Soekarno dalam mempopulerkan peci sebagai simbol nasional tidak bisa dilepaskan dari sejarah Indonesia modern.
Dalam banyak kesempatan, Soekarno tampil dengan peci hitam polos sebagai bagian dari busana kebangsaan. Ia menjadikan peci bukan sekadar penutup kepala, tetapi lambang kepribadian bangsa Indonesia yang sopan, berdaulat, dan berjiwa merdeka.

Baca Juga :  Aksi Demo di Indonesia Media Rusia Sebut George Soros ada di baliknya.

Sejak masa itu, peci tidak lagi hanya milik kalangan ulama atau umat Islam. Peci menjadi atribut resmi kenegaraan, dipakai oleh presiden, pejabat, anggota DPR, TNI, Polri, hingga pelajar saat upacara nasional.

Simbol Keagamaan, Adat, dan Persatuan

Kini, peci telah melampaui batas-batas agama.
Selain umat Islam, banyak tokoh dari kalangan Kristen, Katolik, Hindu, maupun adat turut mengenakan peci dalam konteks resmi atau tradisional.
Beberapa pendeta Batak bahkan mengenakan peci saat ibadah atau upacara adat, menandakan makna kesopanan dan kehormatan, bukan identitas agama semata.

Secara kultural, peci menjadi simbol persaudaraan, keadaban, dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Ia adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal mampu menjadi perekat bangsa yang majemuk.

Makna Peci di Era Modern

Di masa kini, peci hadir di berbagai ranah:

Keagamaan: sebagai simbol kesalehan dan kesopanan.

Adat dan budaya: bagian dari busana tradisional.

Kenegaraan: atribut resmi yang mencerminkan nasionalisme.

Mode dan identitas pribadi: dikenakan oleh masyarakat lintas profesi, usia, dan agama. Dalam konteks tersebut, peci menjadi simbol fleksibel yang memadukan spiritualitas, budaya, dan nasionalisme.

Kesimpulan :
Peci bukan milik umat Islam saja, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia.
Ia lahir dari budaya Melayu-Nusantara, tumbuh bersama penyebaran Islam, dan kemudian diangkat oleh para pendiri bangsa sebagai identitas nasional yang mempersatukan keberagaman.

Dari penutup kepala adat, peci bertransformasi menjadi simbol keagamaan, lalu menjadi ikon nasional yang dipakai dengan bangga oleh siapa pun — dari rakyat kecil hingga presiden — sebagai lambang keindonesiaan yang sopan, berbudaya, dan beradab.

Catatan Redaksi:
Artikel ini disusun berdasarkan berbagai sumber budaya dan sejarah yang kredibel, termasuk arsip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ensiklopedia pakaian tradisional Melayu, serta referensi akademik tentang Islam Nusantara dan simbol kebangsaan Indonesia.

banner 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *