Bogor | Liputan Berita 7 – Mayoritas tenaga kerja Indonesia adalah lulusan Sekolah Dasar (SD), sementara lulusan pendidikan tinggi mengalami tren penurunan. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini akan mempengaruhi kualitas pembangunan ideologi politik, sosial budaya, hingga keamanan negara. Hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yaitu membuat penilaian secara rasional dan sistematis, terlebih dalam memilih dan meneropong calon pemimpin yang tepat bagi Indonesia.
Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengatakan, kecerdasan dan mencerdaskan bangsa adalah isu multidimensi. Isu ini menyangkut kualitas pendidikan dan indeks inovasi. “Kampus sebagai sistem pendidikan tinggi harus mampu mengawal dan mewarnai pendidikan politik dan karakter manusia Indonesia sehingga proses demokrasi lebih berkualitas,” ujarnya.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Visi Negarawan bertemakan ‘Bangsa Cerdas Berpikir Bernas’ di Metro TV, Jumat (26/01/2024). Ia melanjutkan, perguruan tinggi harus realistis melihat kebutuhan pasar. Namun di saat yang sama lulusan perlu dibekali dengan life skill yang mumpuni.
“Semestinya kita harus mulai sadar dari tingkat SD dan menengah, pendidikan karakter harus mulai dibangun seperti cara berpikir, kematangan dan sebagainya, sehingga sistem pendidikan tinggi difokuskan pada peningkatan kemampuan adaptasi dalam merespon perubahan. Mentalitas mencetak calon pembelajar seharusnya menjadi fokus reformasi Pendidikan di Indonesia,” lanjut dia.
“Kebebasan akademis dan bersuara berbasis pada hati Nurani dan data harus terus disuarakan karena sangat penting untuk melaksanakan proses demokrasi berbasis check and balance. Budaya berpikir kritis seperti ini juga sudah dibangun IPB University dengan mengundang para mahasiswa terkait kebijakan kampus dan berdebat berdasarkan data yang faktual,” terang Prof Arif.