JAKARTA,-LIPUTANBERITA7.COM. Australia selama puluhan tahun dikenal sebagai salah satu sekutu dekat Israel. Bahkan pada 1950-an, Melbourne menjadi kota dengan populasi penyintas Holocaust terbesar di luar Israel. Namun, hubungan kedua negara kini memburuk tajam sejak Canberra mengumumkan akan mengakui negara Palestina bulan depan, menyusul langkah serupa yang diambil Prancis, Kanada, dan Inggris.
Hubungan Australia dan Israel memanas setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan sindiran keras terhadap Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. Netanyahu menyebut Albanese sebagai politisi lemah yang mengkhianati Israel, seusai Canberra mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina pekan lalu.
Pernyataan pedas Netanyahu langsung menuai kecaman dari pejabat Australia. Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke, pada Rabu (20/8/2025) menyebut komentar Netanyahu sebagai tanda seorang pemimpin yang sedang frustrasi.
“Kekuatan tidak diukur dari berapa banyak orang yang bisa Anda ledakkan atau berapa banyak anak yang bisa Anda biarkan kelaparan,” ujar Burke kepada penyiar nasional ABC.
“Beberapa tindakan Israel justru semakin mengisolasi mereka dari dunia internasional, dan itu jelas tidak menguntungkan,” ujarnya.
Israel kemudian membalas dengan mencabut visa perwakilan diplomatik Australia untuk Otoritas Palestina.
Netanyahu melanjutkan serangan verbalnya lewat media sosial. “Sejarah akan mengingat Albanese apa adanya: seorang politisi lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan orang-orang Yahudi Australia,” tulis Netanyahu di platform X.
Dalam sembilan hari sejak keputusan itu, ketegangan semakin meningkat. Pada Senin (18/8/2025), Australia membatalkan visa politisi sayap kanan Israel, Simcha Rothman, yang merupakan anggota koalisi Netanyahu, dengan alasan rencana tur pidatonya dianggap dapat menyebarkan perpecahan.