Tugas utama hamba Tuhan adalah mengajarkan firman Tuhan dan memberitakan Kristus secara benar. Pada era digital, hamba Tuhan dapat memanfaatkannya dalam pelayanan, namun tetap menjaga etika dan komitmen dalam melayani. Sirait mengatakan: perlu dilakukan dengan segenap hati dan tidak dengan sembarangan, apalagi mempermainkan tugas pelayanan (Sirait 2016). Supaya dapat mengekspresikan diri dengan baik dalam panggilan pelayanan, maka dirinya harus memiliki etika dan komitmen yang baik. Rasul Paulus menekankan perlunya etika dan moral dalam melayani (2 Tim. 4:1-8). Pesan tersebut disampaikannya kepada Timotius supaya tetap memiliki komitmen dan semangat dalam melayani di tengah-tengah kondisi zaman yang sulit. Tongkat pengajaran dan pemberitaan Injil sudah diberikan kepada setiap hamba Tuhan, seperti kepada Timotius. Maka, pilihan satu-satunya adalah menyelesaikan pelayanan dengan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan Allah hingga garis akhir. Hamba Tuhan dipatenkan untuk tidak boleh berhenti atau mundur di tengah-tengah zaman yang berubah, apalagi melalaikannya. Semua harus dilakukan sesuai dengan perintah Tuhan dan harus disertai dengan bukti-bukti nyata.
METODE PENELITIAN
Data penelitian bersumber dari literatur yang tersedia termasuk jurnal ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis kualitiatif dengan deskriptif analisis (Muhidin 2011) Pendekatan penelitian adalah hermeneutik, yaitu satu metode penafsiran yang berangkat dari analisa bahasa dan analisa konteks, untuk selanjutnya menarik makna dalam ruang dan waktu saat penafsiran dilakukan (Jamal 2018) Asumsi hermeneutika bahwa ilmu dan kegiatan belajar bersifat emperis, tetapi semua pengalaman selalu terkait dan mendapat pengesahan oleh kesadaran. Penelitian ini melibatkan seni membaca teks, sehingga maksud dan arti di balik teks dapat dimenegrti secara penuh. J. R. Raco mengatakan: Dalam metode kualitatif, hermeneutika membantu dalam konteks dan menangkap arti sebenarnya dari teks sebagaimana dimengerti oleh orang, komunitas atau masyarakat waktu itu. Juga membantu mengaktualisasikan realitas secara lebih jelas (Raco 2010) Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan literatur yang bertalian dengan pokok penelitian. Penelitian ini mempergunakan buku-buku seperti Alkitab, interlinier, lexicon dan buku tafsiran surat 2 Timotius, khususnya nats 2 Timotius 4:1-8. Analisis teks dilakukan melalui eksegesis dan mengikuti prinsip dan tahapan-tahapan menafsir (Sutanto 2020)
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Konteks Surat 2 Timotius
Timotius adalah anak rohani Rasul Paulus, lahir dari perkawinan campuran; ibunya seorang Yahudi dan ayahnya seorang Yunani (Kis. 16:1; 2 Tim. 1:5), dilahirkan di Listra. Dari kesaksian Paulus, ia sangat dihormati oleh saudara-saudaranya. Kepastian pertobatan tidak diketahui, namun anggapan kuat terjadi pada perjalanan misi pertama Paulus di Listra dan ibunya, seorang Kristen Yahudi. Meskipun masih muda, Timotius diarahkan oleh Rasul Paulus untuk memperkuat iman dan semangatnya, sesuai dengan ajaran Firman Tuhan bahwa seseorang tidak boleh dianggap rendah karena usia (1 Tim. 4:12). Paulus meminta agar orang Korintus tidak meremehkannya (1 Kor. 16:10-11; 4:17). Timotius digambarkan sebagai pribadi yang penuh kasih tetapi juga penakut.
Surat ini ditulis oleh rasul Paulus (2 Tim. 1:1) dan ditulis semasa akhir hidupnya. Surat ini ditujukan kepada Timotius (2 Tim 1:2). Paulus ingin bertemu dengan Timotius, karena kuatir tidak bisa bertahan sampai musim dingin. Duyverman mengatakan bahwa surat ini ditulis di Roma tahun 64 atau 66.(Duyverman 2011) Ada yang memperkirakan ditulis antara tahun 66-67 M ketika sedang berada di penjara Roma (1 Tim. 1:8; 2:9). Setelah atau atau dua tahun bebas, Paulus ditangkap lagi dan dieksekusi di bawah Kaisar Nero (Tyndale 1991).
Ciri utama surat ini adalah pengungkapan hati dan prioritas tentang doktrin yang sehat, iman yang teguh, ketekunan dan kasih sayang yang abadi sebab ada orang-orang tertentu di Efesus yang memberikan ajaran-ajaran sesat (bdk. 1Tim. 1:3-7) (Marxen 2003). Ayat kunci surat ini adalah: Usahakanlah supaya engkau layak dihadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus etrang memberitakan perkataan kebenaran itu (2 Tim. 2:15). Tema utama surat ini adalah mengenai keberanian, kesetiaan, berkhotbah dan mengajar serta kemurtadan pada zaman akhir (Tyndale 1991). Surat ini menjelaskan strategi menghadapi kefasikan dan pengajaran-pengajaran sesat (2 Tim. 3:15). Pokok utama berikutnya adalah pidato perpisahan Paulus (2 Tim. 4:6-8).