JAKARTA LIPUTANBERITA7.COM. Serangan militer terhadap Iran bermula pada 13 Juni, ketika Israel meluncurkan operasi udara dengan dalih bahwa Teheran secara diam-diam sedang mengembangkan senjata nuklir. Serangan itu menyasar sejumlah target strategis, termasuk pangkalan udara, komando militer, dan pusat penelitian nuklir, serta menyebabkan sejumlah tokoh penting Iran tewas.
Iran membantah tuduhan tersebut dan membalas dengan menyerang fasilitas militer AS, termasuk Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar pada 22 Juni. Meski melakukan aksi balasan, Teheran menyatakan tidak berniat memperluas konflik lebih lanjut.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan kesiapan negaranya untuk kembali melancarkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran apabila situasi dianggap memerlukan tindakan lanjutan.
Pernyataan ini disampaikan Trump melalui media sosial pada Senin (21/7/2025), menyusul komentar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi terkait kerusakan parah di situs nuklir negaranya.
“Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengenai situs nuklir Iran: ‘Kerusakannya sangat parah, mereka hancur’. Tentu saja hancur, seperti yang saya katakan, dan kami akan melakukannya lagi, jika perlu!” tulis Trump, dikutip dari Antara.
Trump menanggapi respons Iran sebagai bentuk pelampiasan kemarahan dan mengklaim bahwa tindakan itu justru membuka peluang menuju perdamaian.
“Iran telah melampiaskan amarahnya, dan itu bisa membuka jalan menuju perdamaian di Timur Tengah,” ungkap Trump.