Pernyataan tersebut juga menegaskan bahwa “tidak ada perundingan damai tanpa Ukraina,” menandakan bahwa para menteri menentang segala bentuk negosiasi yang tidak melibatkan partisipasi penuh Ukraina. Selain itu, para peserta juga membahas ancaman yang dihadapi oleh keamanan perbatasan timur Aliansi Atlantik Utara (NATO), terutama yang berkaitan dengan agresi Rusia terhadap Ukraina.
Tantangan Menghadapi Potensi Penarikan Dukungan AS
Dukungan yang kuat ini datang pada saat ketidakpastian mengenai masa depan bantuan dari Amerika Serikat. Dengan kembalinya Donald Trump yang diperkirakan akan mencalonkan diri dalam pemilu 2024, beberapa pihak khawatir bahwa AS akan mengurangi atau bahkan menghentikan dukungan militer kepada Ukraina. Trump telah mengkritik bantuan militer AS senilai $64,1 miliar kepada Ukraina dan mengindikasikan bahwa ia berencana untuk mengakhiri perang dengan cara yang belum jelas jika kembali terpilih.
Menghadapi kemungkinan penarikan dukungan dari AS, banyak negara Eropa merasa perlu untuk menegaskan kembali komitmen mereka kepada Ukraina. Meskipun demikian, tidak jelas apakah dukungan yang berkelanjutan dari negara-negara Eropa ini akan cukup untuk mempertahankan upaya perang Ukraina, yang sudah memasuki lebih dari seribu hari sejak dimulainya invasi Rusia.
Para pemimpin Eropa tetap berpegang pada prinsip bahwa Ukraina harus memiliki hak untuk menentukan masa depannya dan bahwa setiap solusi damai harus melibatkan Ukraina dalam prosesnya. Dukungan ini dipandang penting, baik dalam konteks militer maupun diplomatik, untuk memperkuat posisi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia dan mencegah lebih banyak eskalasi di kawasan tersebut. (Stgg/Red)