JAKARTA, LIPUTANBERITA7.COM. Lebanon kini berada dalam posisi kritis menghadapi “ancaman eksistensial” akibat agresi Israel dan tekanan regional yang disebutnya didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS).
Pernyataan ini disampaikan oleh Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem dalam upacara peringatan untuk mendiang komandan senior Hizbullah, Ali Abdul Moneim Karaki (Abu al-Fadl), yang tewas dalam serangan Israel pada 2024.
Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, pada Jumat (18/7/2025) menyampaikan pernyataan tegas bahwa kelompoknya siap menghadapi Israel secara militer jika situasi memaksa.
“Kami siap untuk konfrontasi defensif. Jika Israel melanggar batas dan agresi mencapai titik di mana pertahanan diperlukan, kami siap untuk menang atau gugur sebagai syuhada,” ujar Qassem, seperti dikutip dari televisi al-Manar pada Sabtu (19/7/2025).
Ia menegaskan, Hizbullah tidak akan pernah menyerahkan senjatanya, dalam kondisi apa pun.
“Tidak ada pilihan untuk tunduk atau menyerahkan senjata kami kepada Israel dalam kondisi ancaman apa pun,” lanjutnya.
Ia juga menuduh Amerika Serikat terlibat aktif dalam mendukung pelanggaran-pelanggaran Israel terhadap Lebanon, dan berusaha memaksakan perjanjian baru yang akan menganulir pelanggaran-pelanggaran masa lalu.
Dalam pernyataannya, Qassem menyoroti bahwa ancaman dari Israel tidak hanya terbatas pada Lebanon, tetapi juga terlihat dari tindakan militer negara itu di Gaza, Suriah, dan wilayah lain di kawasan Timur Tengah.
“Israel tidak hanya sekadar menduduki, tetapi juga sedang memperluas, mengendalikan, dan memaksa,” ungkap Qassem.
Menurutnya, pelucutan senjata Hizbullah berarti menghapus satu-satunya penghalang terhadap dominasi Israel-Amerika atas Lebanon.